Ini keponakan saya, yang punya pengalaman sama “pahitnya/manisnya” naik udara, bedanya dia di Eropa saya di AS dan kang Saiful di Indonesia….
urun rembug ah.
Dalam dunia penerbangan, layanan penerbangan minim service seperti yang diterapkan Air Asia disebut sebagai “no frills” style of airline, yang literally artinya memang “tanpa fasilitas berlebih”. Strategy ini dalam dunia bisnis adalah strategi yang mengambil issue harga (murah) dan bukan kualitas (yang bagus).
Ciri2 strategi ini sama dibelahan dunia manapun; no-frills, no food, no pre-assigned seats n so on. Pokonya minim servis dan terkesan self servis. Pramugari kesannya ga ada kerjaan banget diatas sana.
Ada ciri2 lain yang sebenernya diterapkan oleh Maskapai no frills, yaitu pemilihan Airport atau fasilitasnya. Kalau sempat keliling Eropa, hati2 memilih penerbangan karena biasanya mereka memakai Bandara yang jauuuh dari peradaban. Jadi kalau mereka sebut London, sebenarnya yang dipakai Luton, kota kecil dulu si Kiki tinggal yang masih 2 jam naek bis dari London. Pokonya jauuh dari pusat kota deh.Kalau di Indonesia, bisa dipastikan ga pakai belalai pas turunnya, tapi yang saya dengar, Airport Pondok Cabe akan difungsikan seperti Airport low cost airlines.
Selain itu, harga bisa ditekan lewat penjualan langsung melalui Internet. Jadi, ga ada harga bertingkat2 ketika memakai agent. Semakin awal pembelian, semakin murah karena subsidi silang. Ditambah ga ada tiket cetakan dan cukup pakai print-an internet pakai kertas sendiri. Saya bahkan pernah nge-print booking number pake kertas bekas. yang penting ada nomernya dan sesuai ketika dicocokkan dengan passport kita.
Hal2 inilah yang bisa membuat tiket penerbangan mereka jadi semakin murah.
Seingat saya, maskapai yang menerapkan strategy ini adalah Southwest Airlines asal negeri Paman Obama (dulu Paman Sam) sejak tahun 90-an. Strategy ini muncul terpaksa karena ada deregulasi peraturan penerbangan yang semakin membuat Maskapai untuk bersaing. Deregulasi terutama berkaitan dengan peraturan2 tentang rute2 mana yang boleh diambil, harga minimal, berapa jumlah kursi yang bisa dijual serta airport mana saja yang boleh dipakai.
Di Eropa, strategi lebih susah diterapkan karena negaranya beda2 aturan dan sedikit lebih regulated. Maskapai yang pertama menerapkan adalah Ryain Air dari Scotlandia. Saat ini, hampir setiap maskapai, terutama yang jarak penerbangannya tdk lebih dari 2-3 jam atau Short Haul memakai sistem ini, seperti Easy Jet, Bmy baby, dsb.
Sebenernya kita juga sudah merasakan sejak deregulasi peraturan penerbangan beberapa tahun yang silam, tapi kayanya yg full menerapkannya baru Air Asia.
Alhamdulillah, persaingan terbuka semakin membuat semua bisa terjangkau. Zaman dulu naek pesawat kayanya cuma mimpi buat mahasiswa kaya kita. Sekarang, sepupu2 bolak balik tiap minggu JKT-KL ga ada masalah.
Kuncinya cuma satu, rencanakan perjalanan anda jauh2 hari dan beli tiket seawal mungkin.
Recent Comments